Dunia Psikologi Perkembangan...

Dunia Fantastis..

Sabtu, 19 Juni 2010

Identity and Gender


Identitas Diri

“Nama saya Adrian dan saya tinggal dalam sebuah rumah besar dengan ayah, ibu, dan kakak saya, Ana. Saya memiliki anjing yang lucu dan saya sangat menyayanginya, dan saya juga mempunyai games Play Station di kamar saya.. Saya suka segala makanan yang ada kejunya… Saya pandai menggambar, mau melihat gambar-gambar saya?? Saya punya rambut berwarna hitam. Saya memiliki banyak teman. Saya dan teman-teman senang bermain perang-perangan seperti para prajurit yang sedang berperang..”

Konsep Diri adalah gambaran total kita terhadap diri sendiri. Gambaran terhadap diri sendiri mulai fokus pada masa batita, ketika anak mengembangkan kesadaran diri. Konsep diri menjadi lebih jelas dan lengkap ketika seseorang menambah kemampuan-kemampuan kognitifnya dan berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan kanak-kanak, remaja, dewasa. Cara Adrian dalam menggambarkan dirinya ditunjukkan melalui perilaku-perilaku konkret dan dapat diamati, karakteristik eksternal, seperti tampilan fisik, kepemilikan dan anggota keluarga.
Hal yang tak terpisahkan dari konsep diri adalah harga diri. Harga diri adalah bagian evaluasi dari konsep diri, penilaian yang dibuat anak mengenai keberhargaan mereka. Dalam sudut pandang aliran Neo- Piaget, harga diri didasari oleh kemampuan kognitif anak yang tumbuh untuk menggambarkan dan mendefinisikan diri mereka sendiri.

Gender
Identitas Gender adalah kesadaran tentang keperempuanan atau kelaki-lakian dan hal yang diakibatkannya pada masyarakat adalah sebuah aspek penting dalam mengembangkan konsep diri.
Perbedaan gender adalah perbedaan perilaku atau psikososial antara laki- laki dan perempuan, berbeda dari perbedaan jenis kelamin, yaitu perbedaan fisik antara pria dan wanita. Seberapa jelaskah perbedaan gender??
Perbedaan utama adalah pada perilaku yang lebih agresif dari anak laki-laki. Kemudian kebanyakan anak perempuan lebih empatik dan suka menolong, serta lebih penurut pada orang tua dibandingkan anak laki-laki. Pada masa anak-anak awal, praremaja, dan remaja, anak perempuan cenderung menggunakan bahasa yang lebih responsif, seperti pujian, perhatian, pengakuan,dll.
Perbedaan gender yang muncul seiring dengan pertambahan usia disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman dan pengharapan sosial yang ditemui oleh anak laki-laki dan perempuan sejak mereka lahir. Pengalaman- pengalaman ini berhubungan dengan tiga aspek identitas gender diantaranya : peran, penipean, dan stereotip gender.
Peran Gender adalah sekumpulan perilaku minat, sikap,keahlian, dan trait kepribadian yang dianggap sesuai oleh sebuah budaya terhadap laki-laki ataupun perempuan. Dalam sejarahnya, pada kebanyakan budaya, perempuan diharapkan mendedikasikan waktu mereka untuk merawat rumah dan anak-anak, sedangkan laki-laki sebagai penyedia kebutuhan dan pelindung. Perempuan diharapkan menurut, dan laki-laki diharapkan aktif, agresif, dan kompetitif.
Penipean Gender adalah sebuah proses dimana anak mendapatkan peran gender. Ayah, terutama mempromosikan penipean gender, proses diman anak mempelajari tingkah laku yang budaya mereka anggap pantas bagi kelamin mereka masing-masing. Ayah memperlakukan anak laki-laki dan perempuan mereka lebih berbeda daripada ibi mereka. Kemudian ayah lebih banyak menghabiskan waktu dengan putra dibanding putri mereka.Ibu lebih banyak berbicara dan mendukung putri daripada putra mereka.
Stereotip Gender adalah sebuah generalisasi yang sudah ada sebelumnya mengenai perilaku laki-laki atau perempuan, seperti : Semua perempuan pasif dan bergantung:Semua laki-laki agresif dan mandiri. Stereotip gender diserap oleh banyak budaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar